Selamat Menyimak Kisah Asal-Usul Gasing
Suatu hari seorang Putra Kahyangan turun ke Bumi, ketika ia melihat anak-anak manusia tengah memainkan sepotong kayu yang bisa berputar-putar di halaman rumah anak manusia tersebut. Si Putra Kahyangan senang melihat permainan itu, sepotong kayu dengan ujung runcing di bagian bawah dilempar oleh sehelai benang hingga kemudian berputar-putar.
Lantaran, tertarik dengan benda itu, Si Putra Kahyangan mengajak Si Anak Manusia ke rumahnya, yaitu kahyangan. Ia meminta Si Anak Manusia memainkan benda itu di hadapan Anak-anak Kahyangan lainnya. Si Anak Manusia senang melakukan apa yang dimaui oleh Si Putra Kahyangan. Ketika Si Anak Manusia melakukannya, hal tersebut memunculkan decak kagum di antara Anak-anak Kahyangan lainnya.
Kemudian, Si Anak Manusia dijamu oleh Anak-anak Kahyangan dengan makanan yang belum pernah dimakannya, karena tidak ada di Bumi. Giliran Si Anak Manusia yang heran dengan makanan yang disantapnya. Ia belum pernah memakan makanan yang bentuknya seperti ulat, putih bersinar, dan enak.
“Apa kamu menyukai makanan kami?” tanya Si Anak Kahyangan.
Si Anak Manusia mengangguk-angguk.
“Kalau begitu, nanti aku bawakan makanan ini ke Bumi, tapi dengan syarat, kamu harus selalu memainkan benda yang kamu mainkan itu di Bumi.”
“Oh, benda ini nama gasing,” sahut Si Anak Manusia.
***
Kemudian, Si Anak Kahyangan mengantarkan Si Anak Manusia pulang ke Bumi. Sesuai kesepakatan, Si Anak Manusia selalu memainkan gasing setiap hari. Si Anak Kahyangan membawa satu butir biji padi turun ke Bumi, yang disembunyikan di dalam tubuhnya karena takut ketahuan orangtuanya. Kalau sampai ketahuan, ia bisa dimarahi. Si Anak Kahyangan meminta Si Anak Manusia untuk menanam biji padi itu. Si Anak Manusia menuruti apa yang diperintahkan kepadanya.
Lambat namun pasti, mulai tampak pertumbuhannya, hingga biji yang ditanam dan telah jadi tumbuhan itu layak diambil dan dimakan. Satu biji dapat menghasilkan banyak bulir biji lainnya berlipat ganda. Sejak itulah, biji padi dikenal oleh manusia sebagai makanan pokok yang mengenyangkan dan tahan lama.
Gasing pun terus dimainkan, terutama ketika musim bertanam padi hingga masa panen. Masyarakat Dayak pun memainkan gasing terus menerus untuk mengingat tanaman padi yang turun dari kahyangan.Pengarang: Anonim